Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Jurnalistik Sastra atau Jurnalistik Sastrawi dan Elemen Jurnalistik Sastra

Apa Itu Jurnalistik Sastra atau Jurnalistik Sastrawi? - Pernah dengan kata jurnalistik sastra atau sastrawi. Sebenarnya universitasjurnalistik.com juga awam soal jurnalistik yang satu ini. Namun, setelah mencari literaturnya, mungkin ini sedikit gambaran dari mengenai apa itu jurnaslitik sastra?Jurnalistik sastra atau jurnalisme satrawi (literary journalism) yaitu penulisan karya jurnalistik dengan gaya sastra, seperti penulisan cerpen atau novel. Jurnalistik sastra karena gaya penulisannya yang baru, jurnalistik sastra disebut juga jurnalisme baru (new journalism). Genre penulisan jurnalistik baru ini memberi cara yang bebeda terhadap dunia jurnalistik karena menggunakan "bahasa yang indah” dan “bercerita atau bertutur” (story telling). Pencetus jurnalistik sastra, Tom Wolfe, menyebutnya “like a novel” atau yang artinya seperti novel.

Jurnalistik sastra muncul tahun 1960, ketika Tom Wolfe –seorang wartawan sekaligus novelis– mengenalkan bentuk penulisan jurnalistik dengan gaya penulisan karya sastra (cerpen/novel). Tahun 1973 Tom Wolfe dan E.W. Johnson menjadi editor penerbitan buku antologi narasi jurnalistik berjudul The New Journalism.

Apa Itu Jurnalistik Sastra atau Jurnalistik Sastrawi?
Jurnalistik Sastrawi
Baca juga: Apa itu Foto Jurnalistik dan Cara Membuat Foto Jurnalistik
Elemen karya jurnalistik sastra meliputi penyusunan adegan (suasana demi suasana), dialog (percakapan), dan detail (terperinci), layaknya cerita dalam novel atau drama. Karya jurnalistik sastra menampilkan fakta secara mendalam dengan menggunakan teknik penulisan karya fiksi. Bisa tampil dalam bentuk feature atau artikel, dengan fungsi utama memberi informasi, menghibur, dan mendidik. Ciri khas junalistik sastra antara lain mendalam dan struktur ceritanya bertema atau dalam bentuk kilas-balik.

Elemen dalam Jurnalistik Sastra

Menurut Farid Gaban, terdapat enam elemen jurnalistik sastra, yakni:
  • Akurasi, membuat penulis kredibel.
  • Keterlibatan, memadu reporter untuk menyajikan detail yang merupakan kunci untuk menggugah emosi pembaca.
  • Struktur, tulisan harus mampu menggelar suasana, merancang irama dan memberikan impact yang kuat kepada pembaca.
  • Suara, dalam artian posisi penulis dalam tulisan tersebut.
  • Tanggung jawab, penulis harus mampu menampilkan nilai pertanggung jawaban.
  • Simbolisme, setiap fakta yang kecil sekalipun merupakan gagasan yang sengaja disusun karena terkait makna yang lebih dalam.
Sementara itu, ada sepuluh elemen dalam karya sastra yakni:

1. Plot (alur)

Plot merupakan aransemen ide-ide atau peristiwa yang memberikan cita rasa keindahan pada cerita. Dalam plot terjadi hubungan sebab akibat atau kaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Plot ialah apa yang terjadi dan bagaimana hal itu terjadi dalam bentuk naratif. Terdapat empat teknik ploting (alur): Ketegangan, alur maju, alur mundur, akhir yang mengejutkan.

2. Eksposisi

Eksposisi ialah pengantar cerita yang memberikan seting. Dan memiliki fungsi menciptakan tone/mood, menjelaskan karakter, dan menyajikan fakta penting lainnya agar pembaca memahami cerita.

3. Daya pemicu

Peristiwa/karakter yang membuat konflik. Untuk membuat jurnalistik sastra semakin seru dan menarik maka peran daya pemicu sangat penting posisinya.

4. Konflik

Keindahan sebuah cerita terletak pada sebuah konflik. Sebab biasanya, lewat konfliklah pesan-pesan si penulis disisipkan.

5. Ketegangan

Ketegangan muncul biasanya ketika  cerita semakin meninggi.

6. Aksi Meninggi

Rangkaian peristiwa yang dibangun dari beberapa konflik. Sehingga berakhir pada sebuah titik paling tinggi yakni titik klimaks.

7. Krisis

Konflik akan sampai pada titik balik (turning point). Krisis ini dapat muncul sebelum atau bersamaan waktunya sebagai klimaks.

8. Klimaks

Klimaks ialah hasil atau puncak dari krisis. Klimaks adalah puncak dari cerita, biasanya menjadi pusat perhatian pembaca yang sangat menggugah klimaks.

9. Aksi menurun

Peristiwa atau kejadian sesudah klimaks yang paling deket dengan cerita disebut “aksi menurun”.

10. Peleraian

Kesimpulan dari pertistiwa-peristiwa. Dan bisanya mengarah pada perkembangan ke arah penyelesaian.

Sudut Pandang dalam Jurnalistik Sastra

Dalam menulis jurnalistik sastra ada berbagai sudut pandang yang biasa digunakan oleh para penulis diantaranya:
  • Orang pertama (narrator sebagai karakter di dalam cerita),
  • Orang kedua, kata ganti orang kedua (Anda, kamu) dan kata ganti orang kedua jamak (kalian),
  • Orang ketiga objektif, (narrator adalah orang di luar cerita yang mengisahkan hanya apa yang dia lihat dan dengar.
  • Orang ketiga terbatas, (narrator adalah orang di luar kisah yang melihat ke dalam pikiran salah seorang karakter, namun tidak pada semua karakter.
  • Orang ketiga serba tahu, (narrator yang serba tahu).
Selain itu, dalam jurnalistik sastra harus menggunakan gaya bahasa dan tema. Tema adalah gagasan pokok yang dipakai sebagai dasar cerita, pokok pikiran, yang menjadi dasar cerita.

Sekian artikel Universitas Jurnalistik tentang Apa Itu Jurnalistik Sastra atau Jurnalistik Sastrawi? Semoga bermanfaat.
Universitas Jurnalistik
Universitas Jurnalistik Media belajar ilmu jurnalistik terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips jurnalistik terbaru.

Posting Komentar untuk "Pengertian Jurnalistik Sastra atau Jurnalistik Sastrawi dan Elemen Jurnalistik Sastra"